Jumat, 01 Mei 2009

Anak Secerdas Einstein, apakah Masih ada?

Menurut penelitian para ahli, laju tumbuh kembang dan IQ seorang anak tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan saja. Ada tiga faktor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor gizi.

Faktor genetika tidak bisa kita ubah, tetapi sesungguhnya berperan hanya 30-40 persen. Sementara faktor lingkungan adalah masalah sehari-hari yang dihadapi seorang anak. Seorang anak dengan IQ tinggi tetap harus diasah keterampilannya, kerajinan, dan kemampuan berpikir oleh orang tua agar bisa menampilkan dan bisa mempertahankan kecerdasannya. Hal ini pernah diungkapkan oleh Bruce Epstein, MD, ahli saraf anak dari Amerika Serikat. Ia mengungkapkan bahwa orangtua harus selalu mengasah dan merangsang berbagai kemampuan yang tersimpan didalam otak sang anak secara terus menerus karena kemampuan atau potensi yang tidak dirangsang lama kelamaan akan hilang.

Dan faktor ketiga adalah gizi mirip bahan bakar pada proses kerja otak seorang anak. Pemenuhan nutrisi yang cukup merupakan syarat utama dalam perkembangan anak, termasuk perkembangan otaknya.

Perkembangan dan pertumbuhan otak

Mutu otak seorang anak telah ditentukan sejak awal. Proses pembentukan otak sama dengan proses pembentukan organ pada seluruh tubuh, yaitu beberapa saat setelah terjadinya konsepsi yaitu proses peleburan inti sel telur dan inti sperma.

Dalam proses belajar seorang bayi, Cyntia shortdalam bukunya Dendrites are Forever mengatakan, berbagai zat yang meningkatkan kerja otak akan muncul secara luar biasa apabila seorang anak mengulang-ulang apa yang dipelajarinya.

Lalu apa dampak pengulangan terhadap sebuah pelajaran? Kata sebuah penelitian, pengulangan-pengulangan ini akan membuat proses penyimpanan hal-hal baru yang lebih efektif. Hal-hal baru tersebut akan masuk kedalam benak dan kemudian menumbuhkan sel-sel otak baru.

Dimasa kehamilan meskipun masa otak janin hanya 16 persen dari tubuhnya, otak paling banyak memerlukan energi (lebih dari 70 persen) untuk proses tumbuh kembangnya. Pada masa kanak-kanak, proses pertumbuhan otak pada usia bayi dan balita hingga mencapai taraf kesempurnaan pada usia empat hingga lima tahun. Oleh karena itu, untuk tumbuh kembang otak bayi dibutuhkan makanan yang cukup serta baik kualitas maupun kuantitasnya komponen utama pembentuk otak adalah lemak dan bahan baku untuk membentuk sel-sel saraf baru didalam otak adalah protein. Beberapa vitamin dan mineral berperan dalam kelancaran proses tumbuh kembang otak si kecil. Misalnya, Vit B12 berperan dalam membentuk cikal bakal tulang belakang dan sistem saraf pusat yang harus dipenuhi ibu dalam masa awal kehamilan.

Spingomielin, AA, dan DHA

Salah satu hal terpenting dalam perkembangan otak adalah Spingomielin yang merupakan salah satu bentuk dari spingolipid, yaitu suatu kompleks lipid kandungan lemak dalam otak.

Menurut M. Nazir HZ, Sp.AK, spingomielin berperan sebagai kerangka penyusun membran sel serta banyak fungsi lain didalam sel. Apabila asupan makanan berkurang seperti anak mal nutrisi, kandungan spingomielin dalam otak akan menjadi rendah. Namun keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan diet yang mengandung spingomielin.

0,1-1,0 persen dari total lemak susu sapi mengandung fosfolipid dan 30 persen diantaranya terdiri dari spingomielin. Kandungan spingomielin dalam ASI berfariasi. Selain spingomielin, ASI juga mengandung fosfolipid yang merupakan sumber fostorilkolin dalam sintesis spingomielin.

ASI sebagai makanan bayi yang utama kaya akan asam lemak rantai pajang tak jenuh ganda atau long chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFA). Ada dua jenis LCPUFA yang berpegaruh dalam perkembangan otak dan kecerdasan, yaitu asam arakidonat atau arachidonic acid (AA) dan asam dekosaheksanoat atau decosahexanoic acid (DHA). Kedua komponen ini dibutuhkan dalam jumlah besar pada saat tumbuh kembang otak bayi.

Didalam tubuh sebenarnya bayi mampu mebuat AA dan DHA sendiri yang berasal dari bahan dasar asam linoleat (LA) dan asam alfa linoleat (ALA). LCPUFA juga berperan penting untuk perkembangan kognitif, ketajaman penglihatan, dan pertumbuhan otak bayi. Sebelum lahir bayi mendapat asam lemak esensial ini secara langsung melalui plasenta. Setelah lahir bayi memperoleh dari ASI dan dari sintesis precusor asam lemak esensial secara endogen. Ketika bayi mulai mendapat makanan padat, LPCUFA diperoleh dari ikan, telur, dan daging.

DHA berperan utnuk pembungkus saraf atau mielin, yang nantinya akan melancarkan pengantar perintah saraf yang nantinya akan melancarkan pengantaran perintah saraf.

Selain itu, tumbuh kembang janin juga dipengaruhi kurangnya hormon tiroid serta gangguan metabolisme (ketidakmampuan tubuh ibu dalam menyerap dan mengirimkan zat-zat makanan yang masuk ke plasenta). Kalau ini yang terjadi, perkembangan otak sikecil juga terganggu.

Merangsang dengan dongeng

Menurut pakar psikologi anak, Dr. Seto Mulyadi, saat anak menginjak usia balita, mendongeng bisa menjadi salah satu sarana yang cukup ampuh untuk berkomunikasi dengan mereka. Pada usia 26 minggu, janis sudah dapat membedakan sikap dan perasaan ibu. Selai itu, janin juga sudah bisa diajak berkomunikasi. Caranya? Anda dapat mengajaknya berbicara. Jadi, bukan saja perkembangan otak si kecil yang anda rangsang, melainkan juga dengan menjalin ikatan dengan si kecil.

Lingkungan yang baik dan nyaman penting bagi optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Makanya gangguan psikis ketika hamil akan meningkatkan resiko janin untuk mengalami gangguan sistem kardiovaskuler (sistem peredaran darah), gangguan metabolisme, serta hambatan kognitif dikemudian hari. Selain itu, stress yang berhubungan dengan proses efektif dan rangsangan yang berhubungan dengan bagian otak janin, diduga dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak di kemudian hari. Bahkan, stres yang terus menerus yang terjadi selama masa kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir bayi menjadi rendah serta meningkatkan resiko si kecil mengalami gangguan emosi dab hambatan kognitif kelak.

Peningkatan hormon glukokortikoid, yakni hormon yang membantu metabolisme karbohidrat dalam tubuh yang timbul bila ibu stres diduga berpengaruh dalam pembentukan sistem saraf pusat janin. Stres juga diduga menghambat aliran oksigen ke janin.

Untuk mengatasi stres, olahraga merupakan pilihan yang tepat.

Sumber : Jelajah Iptek

Edited : Rudin lapandewa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar